Senin, 25 Februari 2013

Cara Menjahit Pakaian

Memiliki ketrampilan menjahit merupakan sebuah anugrah. Karena selain bisa membuat aneka ragam pakaian sendiri juga bisa memperoleh penghasilan dari ketrampilan yang satu ini.

Berikut ini adalah tahapan cara menjahit pakaian:

# Mengukur
Langkah pertama dalam menjahit pakaian adalah mengukur. Berikut ini adalah bagian-bagian yang harus diukur untuk menjahit pakaian:




# Menggambar pola
  • Bagian ukuran yang diperlukan :
  • Lingkar badan
  • Lingkar leher
  • Lingkar pinggang
  • Lebar bahu
  • Panjang dada
  • Lebar dada
  • Panjang punggung
  • Lebar Punggung
  • Panjang sisi
  • Tinggi puncak
  • Jarak payudara
  •  # Memotong Pola
  • Cara memotong pola adalah sebagai berikut:
  • Letakkan pola badan depan pada lipatan kain
  • Letakkan pola badan belakang dan lengan pada sisi kain yang lain
  • Gunting bahan tepat pada pola (tidak usah diberi kelebihan ukuran)




# Menjahit
Berikut ini adalah metode dan cara menjahit:
 

Jumat, 01 Februari 2013

Tentang Kaos Oblong (T-Shirt)

Kaus oblong atau disebut juga sebagai T-shirt adalah jenis pakaian yang menutupi sebagian lengan, seluruh dada, bahu, dan perut. Kaus oblong biasanya tidak memiliki kancing, kerah, ataupun saku. Pada umumnya, kaus oblong berlengan pendek (melewati bahu hingga sepanjang siku) dan berleher bundar. Bahan yang umum digunakan untuk membuat kaus oblong adalah katun atau poliester (atau gabungan keduanya).

Mode kaus oblong meliputi mode untuk wanita dan pria, dan dapat dipakai semua golongan usia, termasuk bayi, remaja, ataupun orang dewasa. Kaus oblong pada mulanya digunakan sebagai pakaian dalam. Sekarang kaus oblong tidak lagi hanya digunakan sebagai pakaian dalam tetapi juga sebagai pakaian sehari-hari.

Daftar isi

Sejarah kaos oblong

T- Shirt atau kaos oblong pada awalnya digunakan sebagai pakaian dalam tentara Inggris dan Amerika pada abad 19 sampai awal abad 20. Asal muasal nama inggrisnya, T-shirt, tidak diketahui secara pasti. Teori yang paling umum diterima adalah nama T-shirt berasal dari bentuknya yang menyerupai huruf "T", atau di karenakan pasukan militer sering menggunakan pakaian jenis ini sebagai "training shirt"

 

 

 

Masyarakat umum belum mengenal penggunakan kaos atau T-Shirt dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, para tentara yang menggunakan T-Shirt polos tanpa desain ini pun hanya menggunakannya ketika udara panas atau aktivitas-aktivitas yang tidak menggunakan seragam. Ketika itu warna dan bentuknya (model) itu-itu melulu. Maksudnya, benda itu berwarna putih, dan belum ada variasi ukuran, kerah dan lingkar lengan.

Awal kepopuleran

T-shirt alias kaos oblong ini mulai dipopulerkan sewaktu dipakai oleh Marlon Brando pada tahun 1947, yaitu ketika ia memerankan tokoh Stanley Kowalsky dalam pentas teater dengan lakon “A Street Named Desire” karya Tenesse William di Broadway, AS. T-shirt berwarna abu-abu yang dikenakannya begitu pas dan lekat di tubuh Brando, serta sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya. dan film Rebel Without A Cause (1995) yang dibintangi James Dean. Pada waktu itu penontong langsung berdecak kagum dan terpaku. Meski demikian, ada juga penonton yang protes, yang beranggapan bahwa pemakaian kaos oblong tersebut termasuk kurang ajar dan pemberontakan. Tak pelak, muncullah polemik seputar kaos oblong.
Polemik yang terjadi yakni, sebagian kalangan menilai pemakaian kaos oblong – undershirt – sebagai busana luar adalah tidak sopan dan tidak beretika. Namun di kalangan lainnya, terutama anak muda pasca pentas teater tahun 1947 itu, justru dilanda demam kaos oblong, bahkan menganggap benda ini sebagai lambang kebebasan anak muda. Dan, bagi anak muda itu, kaos oblong bukan semata-mada suatu mode atau tren, melainkan merupakan bagian dari keseharian mereka.
Polemik tersebut selanjutnya justru menaikkan publisitas dan popularitas kaos oblong dalam percaturan mode. Akibatnya pula, beberapa perusahaan konveksi mulai bersemangat memproduksi benda itu, walaupun semula mereka meragukan prospek bisnis kaos oblong. Mereka mengembangkan kaos oblong dengan pelbagai bentuk dan warna serta memproduksinya secara besar-besaran. Citra kaos oblong semakin menanjak lagi manakala Marlon Brando sendiri – dengan berkaos oblong yang dipadu dengan celana jins dan jaket kulit – menjadi bintang iklan produk tersebut.
Mungkin, dikarenakan oleh maraknya polemik dan mewabahnya demam kaos oblong di kalangan masyarakat, pada tahun 1961 sebuah organisasi yang menamakan dirinya “Underwear Institute” (Lembaga Baju Dalam) menuntut agar kaos oblong diakui sebagai baju sopan seperti halnya baju-baju lainnya. Mereka mengatakan, kaos oblong juga merupakan karya busana yang telah menjadi bagian budaya mode.

Menjadi tren anak muda

kaos oblong, trend anak muda, couple t-shirt, kaos murah, bikin kaos, pesan kaos, mode kaos

 Demam kaos oblong yang melumat seluruh benua Amerika dan Eropa pun terjadi sekita tahun 1961 itu. Apalagi ketika aktor James Dean mengenakan kaos oblong dalam film “Rebel Without A Cause”, sehingga eksistensi kaos oblong semakin kukuh dalam kehidupan di sana.

Perlahan namun pasti, T-shirt mulai menjadi bagian dari busana keseharian yang tidak hanya dipakai untuk daleman, tetapi juga menjadi pakaian luaran. Pada pertengahan tahun 50an, T-shirt sudah mulai menjadi bagian bagian dari dunia fashion. Namun baru pada tahun 60an ketika kaum hippies mulai merajai dunia, T-shirt benar-benar menjadi state of fashion itu sendiri. Sebagai sebuah simbol (lagi-lagi) anti kemapanan, para hippies ini menggunakan T-shirt/kaos sebagai salah satu simbolnya. Semenjak saat itulah revolusi T-shirt terjadi secara total. Para penggiat bisnis menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi medium promosi yang amat efektif serta efesien. Segala persyaratan sebagai medium promosi yang baik ada di T-shirt. Murah, mobile, fungsional, dapat dijadikan suvenir, dan seterusnya.
Disaat yang bersamaan, kelompok-kelompok tertentu macam hippies, komunitas punk, atau organisasi politik, juga menyadari bahwa T-shirt dapat menjadi medium propaganda yang sempurna selain medium yang telah ada. Statement apapun dapat tercetak diatasnya, tahan lama, dan penyebarannya mampu melewati batas-batas yang tidak dapat dicapai oleh medium lain, seperti poster misalnya.
Dengan segala kesempurnaannya, T-shirt tidak lagi menjadi sederhana. Jelas, secara fungsional benda tersebut masih berlaku sebagai sebuah sandang. Namun dibalik itu semua, T-shirt memiliki value yang melebihi dari fungsi dasarnya. Desain T-Shirt yang terus berkembang sampai sekarang selaras dengan perkembangan manusia dan teknologi yang memang terus berkembang. Sejarah akan terus mencatat desain berbagai kaos seperti tie dye yang lekat dengan flowers generation, komunitas punk yang lekat dengan T-Shirt sobek, polos bahkan dengan desain typohraphy yang mencolok, dan siapa yang tidak kenal dengan kaos I Love New York yang fenomenal itu.

Dijadikan identitas pemakainya

kaos oblong, identitas pemakai, gampang bikin kaos, kaos oblong, sejarah kaos, couple t-shirt

Desain T-Shirt yang kemudian menjadi semacam aktualisasi pemakainya, bisa diramalkan akan tetap terus digemari. Elemen desain berupa typohraphy yang sangat menarik dan penuh maksud sangat berpeluang diminati masyarakat. Apalagi perkembangan dunia konsumen yang sangat memanjakan aktualisasi pribadi. Siapa pun Anda, konsumen, pemilik perusahaan, manajeman band, atau siapapun, bisa dengan mudah menunjukkan siapa diri Anda hanya dengan memakai T-Shirt dengan desain typohraphy atau perpaduan elemen desain lain.
Pemakaian kaos dalam berbagai kesempatan memberikan juga peluang bagi para desainer dalam berkarya. Fungsinya yang semakin melebar sangat bisa mendukung perkembangan desain itu sendiri. Kreatifitas menggunakan medium T-Shirt dalam berkarya desain membuka peluang pemaknaan karya desain serta perluasan pengetahuan tentang desain pada msyarakat. Berjamurnya clothing dan distro di kalangan bisnis modern adalah salah satu kemajuan yang positif dalam dunia desain. Berbagai karya desain yang diimplementasikan dalam medium T-Shirt memberi warna bagi kehidupan, tidak hanya bentukan huruf tapi foto, karya desain yang dulu tidak memungkunkan untuk menggunakan media T-Shirt, kini semuanya menjadi mungkin. Namun, perkembangan yang demikian masif harus tetap juga disikapi dengan baik, kemasifan sesuatu hal terkadang menjadikan desain hanya sebagai produk instan yang tidak memperhatikan faedah-faedah desain, karena itulah pengetahuan desainer akan prinsip-prinsip desain sangat diperlukan.


Kaos oblong di Indonesia

Di Indonesia, konon masuknya benda ini karena dibawa oleh orang-orang Belanda. Namun ketika itu perkembangannya tidak pesat, sebab benda ini mempunyai nilai gengsi tingkat tinggi, dan di Indonesia teknologi pemintalannya belum maju. Akibatnya benda ini termasuk barang mahal.
Namun demikian, kaos oblong baru menampakkan perkembangan yang signifikan hingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970. Ketika itu wujudnya masih konvensional. Berwana putih, bahan katun-halus-tipis, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Beberapa merek yang terkenal waktu itu adalah Swan dan 77. Ada juga merek Cabe Rawit, Kembang Manggis, dan lain-lain. Dan tren kaos oblong rupa-rupanya direkam pula oleh Kartunis GM Sudarta melalui tokoh Om Pasikom dan kemenakannya dengan tajuk “Generasi Kaos Oblong” (Harian Kompas, 14 Januari 1978).

Couple T-Shirt Menjadi Trend Masa Kini

Saat ini merebak trend mode kaos yang disebut sebagai couple t-shirt. Couple Tshirt adalah kaos oblong yang dibuat dengan design sablon khusus. Dimana pasangan lelaki dan wanitanya memakai sepasang couple t-shirt. Sehingga disaat mereka bersama, arti design kaos oblong tersebut memiliki sebuah makna. Menambah nilai romantisme di antara mereka.

PRAKTEK MEMBUAT GAMBAR POLA KEMEJA PRIA

1. Menentukan garis dada, garis pinggang dan garis pinggul.
Tentukan titik A lalu buatlah garis vertikal dan horisontal yang saling berpotongan di titik A tersebut.
Dibawah A tentukan titik B dimana AB = panjang punggung.
Buatlah garis horisontal yang melalui titik B dan garis  itu disebut garis dada.
Dibawah B tentukan titik C dimana AC = panjang pinggang.
Buatlah garis horisontal yang melalui titik C dan garis  itu disebut garis pinggang.
Dibawah C tentukan titik D dimana AD = panjang pinggul.
Buatlah garis horisontal yang melalui titik D dan garis  itu disebut garis pinggul.
Dibawah D tentukan titik lalu buatlah garis horisontal yang merupakan batas bawah panjang kemeja pria.

2. Kemeja pria dipakai masuk celana bawahan (model jahitan samping lurus).
 Khusus untuk model jahitan samping lurus, yaitu kemeja pria yang semestinya ketika dipakai selalu masuk celana yang sedang dipakai, seperti kemeja seragam sekolah, kemeja untuk kerja baik di kantor maupun sales yang perlu berpakaian rapi, dan sebagainya.
2.a. Menggambar pola dasar bagian depan.

Sebelah kanan A ada titik E dimana AE = setengah dari lebar leher, atau bila yang diukur lingkar leher, maka
AE = seperenam dari lingkar leher.
Diatas B tentukan titik F, dimana BF = kontrol kemiringan bahu.
Sebelah kanan F tentukan titik G.
FG = setengah dari lebar punggung.
Sebelah kanan B ada titik H.
BH = seperempat lingkar dada ditambah 1 cm, karena pola depan lebih lebar dibanding pola belakang
Hubungkan E dan G dengan garis lurus, EG = lebar bahu.
Buat kerung lengan dari titik G, mula-mula garis lurus yang siku-siku tegak lurus dengan EG, setelah mendekati H dibuat garis lengkung.
Buat kerung leher  depan dimulai dari titik E, mula-mula garis lurus yang tegak lurus EG, setelah 2 cm membentuk lengkung lingkaran dengan jari-jari setengah dari lebar leher, atau dapat juga jari-jarinya = seperenam dari lingkar leher.
Dari titik H tarik garis lurus ke bawah sampai K yaitu batas bawah panjang kemeja yang akan dibuat. Pada bagian depan, ujung kerung leher ke bawah dilebarkan 1 cm, untuk tumpukan kain tempat pasang kancing baju. Dari kiri maju 1 cm dan dari kanan juga maju 1 cm, maka lebar tumpukan untuk pasang kancing baju menjadi 2 cm.
Supaya pundak tampak lebih bidang maka jahitan antara pola depan dan pola belakang di posisi pundak diturunkan 3 cm ke arah depan, jadi garis lipatan lengan nantinya tidak ketemu dengan jahitan pundak, tetapi posisi garis lipatan lengan berada 3 cm di belakang jahitan pundak.  Karena itu, dibawah EG, dibuat garis sejajar EG dan berjarak 3 cm dari EG.
Jadi, jahitan pada bahu maju ke pola depan 3 cm dari pola aslinya, dan gambaran pola depan kemeja pria tapak seperti gambar diatas.
Kemeja pria model jahitan samping lurus, tidak membutuhkan ukuran lingkar pinggang dan lingkar pinggul, karena semua dianggap sama dengan lingkar dadanya. 
2.b. Menggambar pola dasar bagian belakang.
Supaya jelas dan mudah dipahami, berikut adalah perbedaan pokok antara gambar pola depan dan gambar pola belakang pada pola dasar kemeja pria model lurus samping,
Pada posisi garis dada,
pola depan = seperempat lingkar dada ditambah 1cm, sedangkan pola belakang = seperempat lingkar dada dikurangi 1cm.
Jadi pada garis dada, pola belakang lebih kecil 2 cm dibanding pola depan.
Buat garis vertikal yang berjarak 2 cm pada garis samping.
Pada posisi kerung leher belakang, lengkungannya jauh lebih datar dibanding kerung leher depan, hanya 1,5 cm dibawah titik A.
Posisi tengah belakang tidak ada tumpukan untuk pasang kancing, karena itu tidak perlu ditambah 1 cm seperti pada pola depan. Pola belakang dibuat pas pada posisi garis vertikal yang melalui titik A.
Pada posisi garis bahu atau pundak, gambar pola depan dikurangi 3 cm dari garis bahu yang asli, sedang gambar pola belakang ditambah 3 cm dari garis bahu yang asli. Jadi, pada posisi garis bahu, gambar pola belakang lebih tinggi 6 cm dibanding gambar pola depan.
Pada posisi kerung lengan belakang, lengkungannya lebih datar dibanding kerung lengan yang depan, karena lebar punggung memang lebih kecil dari lebar dadanya.
Dari kelima perbedaan yang telah diuraikan tadi, maka gambar pola belakang dapat dilihat pada gambar diatas, yang langsung bisa dibandingkan dengan gambar pola depannya yang digambarkan dengan garis titik-titik.
  
3. Kemeja pria dipakai diluar celana bawahan (model jahitan samping lengkung)
Bila kemeja pria model lurus samping dipakai diluar celana, tampaknya kemeja tadi tidak mapan ditubuh pemakainya, karena memang kemeja tersebut dirancang untuk dipakai didalam celana. Supaya kalau dipakai diluar celana kemeja tadi bisa tampak lebih mapan di tubuh pemakainya, maka gambar polanya harus memperhitungkan lingkar pinggang dan lingkar pinggulnya, bukan hanya memperhatikan lingkar dada saja.
Jenis kemeja pria yang dirancang untuk selalu dipakai diluar celana biasanya ditandai dengan kantong di kiri dan kanan bawah bagian depan. Misalnya pada baju kemeja batik, baju koko dan baju muslim yang selalu dipakai diluar celana atau kain sarung sebagai baju bawahnya.
Gambar pola kemeja pria yang dirancang khusus untuk selalu dipakai diluar celana bawahan adalah sebagai berikut:
Pada prinsipnya relatif sama dengan pola kemeja pria model jahitan samping lurus, kecuali perbedaan pada jahitan samping yang dibuat melengkung mengikuti bentuk tubuh calon pemakainya, yaitu:
  • Posisi garis dada, pola depan = seperempat lingkar dada ditambah 1 cm, sedangkan pola belakang = seperempat lingkar dada dikurangi 1 cm.   Jadi, pada posisi garis dada, lebar pola belakang = lebar pola depan dikurangi 2 cm.
  • Posisi garis pinggang, pola depan = seperempat lingkar pinggang ditambah 1 cm, sedangkan pola belakang = seperempat lingkar pinggang dikurangi 1 cm.   Jadi, pada posisi garis pinggang, lebar pola belakang = lebar pola depan dikurangi 2 cm.
  • Posisi garis pinggul, pola depan = seperempat lingkar pinggul ditambah 1 cm, sedangkan pola belakang = seperempat lingkar pinggul dikurangi 1 cm.   Jadi, pada posisi garis pinggul, lebar pola belakang = lebar pola depan dikurangi 2 cm.
Sementara posisi pada bagian lain relatif sama dengan pola kemeja pria model jahitan samping lurus yang telah dijelaskan sebelumnya.
4. Kemeja pria bisa dipakai dimasukkan maupun diluar celana bawahan
Pada prinsipnya relatif sama dengan pola kemeja pria model jahitan samping lurus, kecuali perbedaan pada jahitan samping yang dibuat melengkung mengikuti bentuk tubuh calon pemakainya, yaitu:


  • Posisi garis dada, bagian depan = seperempat lingkar dada ditambah 1 cm, sedangkan bagian belakang = seperempat lingkar dada dikurangi 1 cm.   Jadi, pada posisi garis dada, lebar pola belakang = lebar pola depan dikurangi 2 cm.
  • Posisi garis pinggang dibuat lengkungan sedikit, antara 1cm sampai 2 cm saja.  Pada posisi garis pinggang, lebar pola belakang = lebar pola depan dikurangi 2 cm.
  • Posisi batas bawah baju, lebarnya dibuat sama dengan lebar pada posisi garis dada.   Lebar pola belakang = lebar pola depan dikurangi 2 cm.
  • Sementara posisi pada bagian lain relatif sama dengan pola kemeja pria model jahitan samping lurus yang telah dijelaskan sebelumnya.

Jenis-Jenis Bahan Pakaian

1. COTTON
Ini jenis bahan yang jadi andalan buat distro-distro. Bahan ini ada 2 jenis besaran yaitu Cotton Combed serta Cotton Carded. Untuk Cotton Combed bahannya lebih halus daripada Cotton Carded yang agak kasar. Memang secara sepintas ketika kita memegang bahan Cotton Carded terasa lebih tebal, tapi Cotton Combed ketika di pakai lebih nyaman dan enteng. Sifat kedua jenis bahan tersebut bisa menyerap keringat dan tidak panas, karena bahan baku dasarnya adalah serat kapas. Selain itu, untuk membedakan tebal tipisnya kaos dengan bahan ini adalah jenis benang yang dipergunakan. Biasanya kita sering melihat jenis kaos yang 20’s, 30’s atau lainnya. Bahan dengan benang 20’s lebih tebal ketimbang 30’s. Ada lagi bahan yang lebih tebal dari Cotton Combed 20’s yaitu Double Cotton atau biasanya juga di sebut dengan Double Nett. Tentunya bahan lebih nyaman dan jatuh (berat ke bawah) ketika di pakai. Tapi, kekurangan dari bahan Double Cotton ini adalah melar ketika sering dicuci dan dipakai, apalagi jika sering ditarik karena ada udara seperti layaknya spon.
Secara umum, karakteristik dari bahan dasar tanaman kapas ini adalah sebagai berikut :
  • Bahan terasa dingin dan sedikit kaku;
  • Menyerap keringat;
  • Pakaian / kain akan rusak bila direndam lebih dari 2 jam dalam detergen;
  • Rentan terhadap jamur;
  • Jangan biarkan kain katun terlalu lama basah.
Karena sifatnya yang nyaman ketika dipakai, maka terdapat kombinasi campuran yang menggunakan bahan Cotton ini, yaitu:

a. TC (TETERON COTTON)
Jenis ini masih dalam kategori katun namun kualitasnya di bawah Cotton Combed dan Cotton Carded sebab merupakan campuran bahan Cotton dengan bahan Polyester (Teteron). Dibanding bahan Cotton, bahan TC kurang bisa menyerap keringat dan agak panas di badan serta lebih kasar. Kelebihannya jenis bahan TC lebih tahan kusut dan tidak melar meskipun sudah dicuci berkali-kali.

b. CVC ( COTTON VISCOSE)
Jenis bahan kaos  ini adalah campuran dari Cotton Combed dan Viscose. Kelebihan dari bahan ini adalah tingkat shrinkage-nya (susut pola) lebih kecil dari bahan Cotton. Jenis bahan ini juga bersifat menyerap keringat.

2. VISCOSE
Bahan Viscose merupakan bahan yang sering dipergunakan dalam pakaian-pakaian model busana pesta, casual wear, lingerie, underwear, sampai jaket sebab halus dan licin serta lentur. Bahan ini terbuat dari serat kayu (Eucalyptus-sejenis pohon pinus). Ciri2 viscose :
  • Terasa lembut dan dingin di kulit;
  • Bahannya jatuh, tidak kaku dan warnanya mengkilat;
  • Menyerap keringat;
  • Bahan/ pakaian akan rusak apabila direndam dengan diterjen lebih dari 1 jam;
  • Bisa dicuci atau di dry clean.
3. POLYESTER dan PE
Jenis bahan ini terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk dibuat bahan berupa serat fiber poly dan yang untuk produk plastik berupa biji plastik. Karena sifat bahan dasarnya, maka jenis bahan ini tidak bisa menyerap keringat dan panas dipakainya. Terbuat dari butiran plastik sehingga terasa panas di badan dan tidak menyerap keringat. Karakteristik dari bahan ini yaitu:
  • Noda minyak dan makan sulit dihilangkan dari bahan ini;
  • Polyester lebih kuat dan tahan direndam lebih dari 3 jam;
  • Sering dicampur bahan lain seperti viscose, linen dan katun.
4. LINEN
Seperti katun, namun memiliki serat yang lebih kuat, sangat cocok untuk casual wear dan dresses. Kain cantik ini berkerut tapi jangan sampai kerutannya malahan menganggu penampilan. Kain ini mempunyai karakteristik:

  • Bahannya dingin, menyerap keringat dan sangat nyaman dipakai;
  • Mudah Kusut sehingga cara mencuci dan menyetrika butuh perhatian;
  • Untuk perawatan: pilih deterjen yang lembut dan rendam dalam air bersuhu hangat (lihat petunjuk label pakaian).
5. WOOL
Bahan ini sangat menyerap air akan tetapi berbahan tebal sehingga jika kena noda akan lebih sulit dibersihkan dan akan menyusut jika cara mencuci dan mengeringkannya tidak benar. Ada juga jenis Lightweight Wool. Untuk Lightweight Wool, sesuai dengan namanya, kain wol ini tergolong ringan dan bisa dipadukan dengan apa saja. Jatuhnya di badan pun enak dilihat. Kelebihannya, kain ini agak ‘bandel’ alias tahan banting (awet).

6. SUTERA
Bahan ini menyerap air dan mudah sobek. Pencucian dengan menggunakan enzym dan pemutih dapat menyebabkan kerusakan pada jenis pakaian ini sehingga cara pencucian yang baik dilakukan adalah dengan sistem dry clean. Untuk penggunaan mesin cuci biasanya ada pilihan program: Normal, Delicate, Jeans, Wool, dsb. 

7. CASHMERE

Bahan ini tergolong mewah, dengan kualitas prima. Jangan heran bila embel-embel price tagnya pun tergolong menguras kantung. Dipadukan dengan rok yang elegan ataupun dengan jeans saja, cashmere tetap terlihat mewah dan mahal. Semakin sering dicuci, bahan ini akan semakin halus. Tapi perhatikan dulu, tidak sembarang cuci, karena mencucinya pun dilakukan dengan shampoo.

8. SHEER
Biasa digunakan untuk tampilan elegan dan anggun. Pilih yang transparan dilengkapi dengan dalaman maka akan terlihat simple yet sexy.

9. JERSEY
Untuk bahan satu ini, agar jatuhnya enak dan terlihat oke melekat di lekuk tubuh, pilih yang bahannya agak berat. Satu ukuran lebih besar akan menghindari kesan pakaian melekat ketat yang tidak enak dilihat.

10. DENIM

Tidak ada yang tidak mengenal dan sayang pada jenis bahan satu ini. Denim alias bahan jeans, dicintai semua kalangan. Semakin gelap warnanya, semakin mudah mencari padanannya. Selain itu juga denim yang berwarna gelap akan terlihat lebih rapi dan formal daripada yang terang dan belel.

11. LYCRA
Lycra biasanya dipadukan dengan bahan pakaian lainya, karena kandungannya hanya beberapa persen saja. Tapi bahan pakaian yang terbuat dari unsure lycra akan lebih tahan lama kerapiannya.

12. LEATHER & SUEDE
Pasti keduanya sudah sangat familiar di telinga, bukan tidak mungkin, mulai dari dari celana, tas sampai sepatu pun terbuat dari bahan tersebut. Dua-duanya sebenarnya sama-sama terbuat dari kulit. Hanya saja, leather dibuat dari kulit luar, sementara suede dibuat dari bagian kulit dalam. Cari yang halus dan tidak kaku. Untuk dua bahan ini, diperlukan teknik perawatan khusus untuk membersihkannya. Untuk leather, pilih yang tidak mengkilap untuk kesan mahal dan elegan. Mengkilap malahan berkesan murahan.

13. DRILL

Bahan jenis drill diantaranya kain drill merk taipan drill dan taipan tropical. Bahan ini nyaman sekali dipakai untuk seragam, koleksi warna pun terbilang paling lengkap dibanding bahan merk lain. Bentuk tekstrur dari bahan ini adalah terlihat garis benang bahan ini yang jelas.
Nb: Semua artikel yang ada berdasarkan teori yang kami dapatkan dari internet maupun sumber lainnya. Untuk hasil yang sebenarnya terjadi dilapangan harap bisa lebih dipahami dan disikapi dengan lebih bijak.

Manfaat Baju, Topi dan Sandal Saat Awan Panas Datang

Topi memberi manfaat cukup penting. Kondisi rambut saksi mata korban cenderung berbeda berdasarkan posisi. Rambut saksi mata korban di Turgo cenderung terbakar atau gimbal dan berdiri, sementara saksi mata korban di Kaliurang hanya sebagian kecil yang terbakar atau gimbal dan berdiri. Saksi mata korban yang memakai topi, kondisi rambutnya cenderung tidak apa-apa. 

Pakaian yang dikenakan memberikan makna proteksi penting. Seluruh saksi mata korban merasa terselamatkan oleh pakaian yang dikenakan, karena bekas luka bakar terkena pada bagian yang terbuka. Saksi mata korban umumnya mengenakan baju lengan pendek, dan menunjukan luka bakar berupa lubang-lubang di Turgo dan tidak apa-apa di Kaliurang. Saksi mata korban memakai kaos lengan pendek. 

Kondisi kaos saksi mata korban di Turgo berlubang-lubang dan di Kaliurang tidak apa-apa. Saksi mata korban di atas kali Boyong mengenakan kaos lengan panjang dan menampakan kondisi berlubang-lubang. Celana yang dikenakan saksi mata korban umumnya celana panjang. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil yang terbakar. Saksi mata korban yang mengenakan celana pendek, kakinya terbakar semua. Saksi mata korban yang mengenakan sandal atau sepatu, kakinya tidak terbakar. Saksi mata korban yang tidak memakai sandal atau sepatu cenderung mengelupas di bagian telapak kaki. 

Setelah awan panas selesai, semua saksi mata korban mengatakan masih mampu berjalan, sambil membopong anak dan bahkan mampu berlari. Waktu yang diperlukan untuk evakuasi mulai penemuan korban sampai pengangkutan ke rumah sakit sangat beragam. Korban umumnya segera ditemukan oleh penolong, hanya sebagian kecil yang tidak tahu karena pingsan atau merasa cukup lama.

Pakaian

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing. Pakaian juga meningkatkan keamanan selama kegiatan berbahaya seperti hiking dan memasak, dengan memberikan penghalang antara kulit dan lingkungan. Pakaian juga memberikan penghalang higienis, menjaga toksin dari badan dan membatasi penularan kuman.

Fungsi pakaian

Salah satu tujuan utama dari pakaian adalah untuk menjaga pemakainya merasa nyaman. Dalam iklim panas busana menyediakan perlindungan dari terbakar sinar matahari atau berbagai dampak lainnya, sedangkan di iklim dingin sifat insulasi termal umumnya lebih penting.

Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak terlihat. Pakaian bertindak sebagai perlindungan dari unsur-unsur yang merusak, termasuk hujan, salju dan angin atau kondisi cuaca lainnya, serta dari matahari. Pakaian juga mengurangi tingkat risiko selama kegiatan, seperti bekerja atau olahraga. Pakaian kadang-kadang dipakai sebagai perlindungan dari bahaya lingkungan tertentu, seperti serangga, bahan kimia berbahaya, senjata, dan kontak dengan zat abrasif. Sebaliknya, pakaian dapat melindungi lingkungan dari pemakai pakaian, seperti memakai masker.

Aspek Budaya

Perbedaan Jenis Kelamin

Dalam kebanyakan budaya, perbedaan pakaian antara kedua jenis kelamin dianggap pantas untuk laki-laki dan perempuan. Perbedaan dalam gaya, warna, dan kain.

Dalam masyarakat Barat, rok, gaun, dan sepatu hak tinggi biasanya dilihat sebagai pakaian perempuan, sementara dasi biasanya dilihat sebagai pakaian pria. Celana pernah dilihat sebagai pakaian khusus laki-laki, tetapi saat ini dikenakan oleh kedua jenis kelamin. Pakaian pria kadang-kadang lebih praktis daripada pakaian perempuan (yaitu, mereka dapat berfungsi dengan baik dalam berbagai macam situasi), tetapi pakaian wanita kadang-kadang lebih luas dalam hal model daripada pakaian pria. Pria biasanya diperbolehkan untuk bertelanjang dada dalam berbagai tempat umum, seperti di kolam berenang. Biasanya wanita diperbolehkan memakai pakaian pria. Namun sebaliknya, pria yang memakai pakaian wanita seringkali dianggap aneh.

Dalam beberapa budaya, hukum mengatur apa yang pria dan wanita diharuskan memakai. Agama Islam memerlukan perempuan untuk memakai bentuk-bentuk yang lebih sederhana dari pakaian, biasanya jilbab. Apa yang memenuhi syarat sebagai sederhana bervariasi dalam masyarakat yang berbeda, namun, wanita biasanya diperlukan untuk menutup tubuh mereka lebih banyak dari laki-laki. Anggaran pakaian dikenakan oleh wanita muslim untuk tujuan dari jangkauan kesederhanaan dari jilbab untuk burqa.

Pria kadang-kadang dapat memilih untuk memakai rok pria seperti togas atau kilt, terutama pada acara-acara seremonial. pakaian seperti itu (di masa sebelumnya) sering dipakai sebagai pakaian sehari-hari normal dengan laki-laki. Dibandingkan dengan pakaian pria, pakaian wanita cenderung menarik, sering dimaksudkan untuk memperlihatkan kepada laki-laki. Di negara-negara industri modern, perempuan lebih cenderung memakai rias wajah, perhiasan, dan pakaian berwarna-warni, sedangkan di sangat tradisional budaya perempuan dilindungi dari tatapan pria dengan pakaian sederhana.

Status Sosial

Di sebagian masyarakat, pakaian dapat digunakan untuk menunjukkan peringkat atau status. Di Roma kuno, misalnya, hanya para senator yang diizinkan untuk memakai pakaian yang dicelup dengan warna ungu Tyrian. Di Cina, sebelum pembentukan republik, hanya kaisar bisa memakai pakaian berwarna kuning. Dalam masyarakat tanpa hukum ini, yang mencakup sebagian besar masyarakat modern, status sosial bukan ditandai dengan pembelian barang langka atau mewah yang dibatasi oleh biaya kepada mereka dengan kekayaan atau status.

Agama

Pakaian Agama mungkin dianggap sebagai pakaian spesial. Pakaian agama terkadang dipakai hanya selama kinerja upacara keagamaan. Namun, juga dapat dipakai sehari-hari sebagai penanda status agama khusus.

Bahan pakaian

Pada awalnya, manusia memanfaatkan kulit pepohonan dan kulit hewan sebagai bahan pakaian, kemudian memanfaatkan benang yang dipintal dari kapas, bulu domba serta sutera yang kemudian dijadikan kain sebagai bahan dasar pakaian. Kini dikenal berbagai macam jenis kain, di antaranya:
  • Katun
    • Katun mori, bahan yang ditenun dengan sistem tenunan sederhana, biasanya digunakan dalam pembuatan kain batik dan sebagainya,
    • Katun karded, serat yang dirajut kurang halus dan penampilan bahan kurang rata,
    • Katun tetoron, perpaduan katun 35% dan polyester 65%,
    • Katun viskose, perpaduan katun 55% dan 45% viskose,
  • Bulu binatang
  • Kulit samak
  • Linen
  • Nilon
  • Polyester (Tetoron)
  • Rayon
  • Sutera
  • Spandeks
  • Wol
Perpaduan antara nilon, polyester dan spandeks menghasilkan bahan yang baik bagi olahragawan atau seseorang yang memiliki aktivitas tinggi, karena dibuat untuk menguapkan keringat supaya tetap kering, sehingga dapat mengoptimalkan temperatur tubuh saat melakukan aktivitasnya. Maka penggunanya dapat beraktivitas secara lebih efisien dan lebih baik. Bahan seperti ini sering dijumpai pada merek-merek terkenal seperti Nike dengan sebutan Dri-fit, material yang digunakan oleh Nike memiliki 62% katun, 34% polyester dan 4% spandeks.

Jenis-jenis pakaian

  • Baju
  • Kemeja
  • Kaus
  • Jubah
  • Celana
  • Rok
  • Sorjan
  • Pakaian dalam

Pakaian keagamaan

  • Jilbab
  • Sirwal (Celana muslim yang longgar dan lebar)

Olahraga dan aktivitas

  • Pakaian kompresi
  • Baju renang
  • Celana renang

Etnis dan warisan budaya

  • Pakaian adat
  • Sarung

Kamis, 31 Januari 2013

Fashion

From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
 
Fashion is a general term for a popular style or practice, especially in clothing, footwear, accessories, makeup, body piercing or furniture. Fashion refers to a distinctive and often habitual trend in the style with which a person dresses, as well as to prevailing styles in behaviour. Fashion also refers to the newest creations of textile designers. The more technical term, costume, has become so linked to the term "fashion" that the use of the former has been relegated to special senses like fancy dress or masquerade wear, while "fashion" means clothing more generally and the study of it. Although aspects of fashion can be feminine or masculine, some trends are androgynous.

Clothing fashions

Early Western travelers, whether to Persia, Turkey, India, or China frequently remark on the absence of changes in fashion there, and observers from these other cultures comment on the unseemly pace of Western fashion, which many felt suggested an instability and lack of order in Western culture. The Japanese Shogun's secretary boasted (not completely accurately) to a Spanish visitor in 1609 that Japanese clothing had not changed in over a thousand years. However in Ming China, for example, there is considerable evidence for rapidly changing fashions in Chinese clothing. Changes in costume often took place at times of economic or social change (such as in ancient Rome and the medieval Caliphate), but then a long period without major changes followed. This occurred in Moorish Spain from the 8th century, when the famous musician Ziryab introduced sophisticated clothing-styles based on seasonal and daily fashion from his native Baghdad and his own inspiration to Córdoba in Al-Andalus.Similar changes in fashion occurred in the Middle East from the 11th century, following the arrival of the Turks, who introduced clothing styles from Central Asia and the Far East.

The beginnings of the habit in Europe of continual and increasingly rapid change in clothing styles can be fairly reliably dated to the middle of the 14th century, to which historians including James Laver and Fernand Braudel date the start of Western fashion in clothing. The most dramatic manifestation was a sudden drastic shortening and tightening of the male over-garment, from calf-length to barely covering the buttocks, sometimes accompanied with stuffing on the chest to look bigger. This created the distinctive Western male outline of a tailored top worn over leggings or trousers.

The pace of change accelerated considerably in the following century, and women and men's fashion, especially in the dressing and adorning of the hair, became equally complex and changing. Art historians are therefore able to use fashion in dating images with increasing confidence and precision, often within five years in the case of 15th century images. Initially changes in fashion led to a fragmentation of what had previously been very similar styles of dressing across the upper classes of Europe, and the development of distinctive national styles. These remained very different until a counter-movement in the 17th to 18th centuries imposed similar styles once again, mostly originating from Ancien Régime France. Though the rich usually led fashion, the increasing affluence of early modern Europe led to the bourgeoisie and even peasants following trends at a distance sometimes uncomfortably close for the elites—a factor Braudel regards as one of the main motors of changing fashion.

Ten 16th century portraits of German or Italian gentlemen may show ten entirely different hats, and at this period national differences were at their most pronounced, as Albrecht Dürer recorded in his actual or composite contrast of Nuremberg and Venetian fashions at the close of the 15th century (illustration, right). The "Spanish style" of the end of the century began the move back to synchronicity among upper-class Europeans, and after a struggle in the mid 17th century, French styles decisively took over leadership, a process completed in the 18th century.

Though colors and patterns of textiles changed from year to year, the cut of a gentleman's coat and the length of his waistcoat, or the pattern to which a lady's dress was cut changed more slowly. Men's fashions largely derived from military models, and changes in a European male silhouette are galvanized in theatres of European war, where gentleman officers had opportunities to make notes of foreign styles: an example is the "Steinkirk" cravat or necktie.

The pace of change picked up in the 1780s with the increased publication of French engravings that showed the latest Paris styles; though there had been distribution of dressed dolls from France as patterns since the 16th century, and Abraham Bosse had produced engravings of fashion from the 1620s. By 1800, all Western Europeans were dressing alike (or thought they were): local variation became first a sign of provincial culture, and then a badge of the conservative peasant.

Although tailors and dressmakers were no doubt responsible for many innovations before, and the textile industry certainly led many trends, the history of fashion design is normally taken to date from 1858, when the English-born Charles Frederick Worth opened the first true haute couture house in Paris. The Haute house was the name established by government for the fashion houses that met the standards of industry. They have to adhere to standards such as: keeping at least 20 employees engaged in making the clothes, showing two collections per year at fashion shows, and presenting a certain number of patterns to costumers. Since then the professional designer has become a progressively more dominant figure, despite the origins of many fashions in street fashion. For women the flapper styles of the 1920s marked the most major alteration in styles for several centuries, with a drastic shortening of skirt lengths, and much looser-fitting clothes; with occasional revivals of long skirts, variations of the shorter length have remained dominant ever since. Flappers also wore cloches, which were snug fitting and covered the forehead. Her shoes had a heel and some sort of buckle. The most important part was the jewelry, such as: earrings and necklaces that had diamonds or gems. The flapper gave a particular image as being seductive due to her short length dress, which was form fitting, and the large amounts of rich jewelery around her neck.

The four major current fashion capitals are acknowledged to be Paris, Milan, New York City, and London, which are all headquarters to the greatest fashion companies and are renowned for their major influence on global fashion. Fashion weeks are held in these cities, where designers exhibit their new clothing collections to audiences. A succession of major designers such as Coco Chanel and Yves Saint-Laurent have kept Paris as the centre most watched by the rest of the world, although haute couture is now subsidised by the sale of ready to wear collections and perfume using the same branding.

Modern Westerners have a wide number of choices available in the selection of their clothes. What a person chooses to wear can reflect that person's personality or interests. When people who have cultural status start to wear new or different clothes, a fashion trend may start. People who like or respect them become influenced by their personal style, and begin wearing clothes of similar styling. Fashions may vary considerably within a society according to age, social class, generation, occupation, and geography as well as over time. If, for example, an older person dresses according to the fashion of young people, he or she may look ridiculous in the eyes of both young and older people. The terms fashionista and fashion victim refer to someone who slavishly follows current fashions.

One can regard the system of sporting various fashions as a fashion language incorporating various fashion statements using a grammar of fashion. (Compare some of the work of Roland Barthes).

In recent years, Asian fashion has become increasingly significant in local and global markets. Countries such as China, Japan, India, and Pakistan have traditionally had large textile industries, which have often been drawn upon by Western designers, but now Asian clothing styles are also gaining influence based on their own ideas.

Fashion industry

The fashion industry is a product of the modern age. Prior to the mid-19th century, most clothing was custom made. It was handmade for individuals, either as home production or on order from dressmakers and tailors. By the beginning of the 20th century—with the rise of new technologies such as the sewing machine, the rise of global capitalism and the development of the factory system of production, and the proliferation of retail outlets such as department stores—clothing had increasingly come to be mass-produced in standard sizes and sold at fixed prices. Although the fashion industry developed first in Europe and America, today it is an international and highly globalized industry, with clothing often designed in one country, manufactured in another, and sold world-wide. For example, an American fashion company might source fabric in China and have the clothes manufactured in Vietnam, finished in Italy, and shipped to a warehouse in the United States for distribution to retail outlets internationally. The fashion industry has long been one of the largest employers in the United States, and it remains so in the 21st century. However, employment declined considerably as production increasingly moved overseas, especially to China. Because data on the fashion industry typically are reported for national economies and expressed in terms of the industry’s many separate sectors, aggregate figures for world production of textiles and clothing are difficult to obtain. However, by any measure, the industry accounts for a significant share of world economic output.

The fashion industry consists of four levels: the production of raw materials, principally fibres and textiles but also leather and fur; the production of fashion goods by designers, manufacturers, contractors, and others; retail sales; and various forms of advertising and promotion. These levels consist of many separate but interdependent sectors, all of which are devoted to the goal of satisfying consumer demand for apparel under conditions that enable participants in the industry to operate at a profit.

Media

The media plays a very significant role when it comes to fashion. For instance, an important part of fashion is fashion journalism. Editorial critique, guidelines and commentary can be found in magazines, newspapers, on television, fashion websites, social networks and in fashion blogs. In the recent years, fashion blogging and YouTube videos have become a major outlet for spreading trends and fashion tips. Through these media outlets, readers and viewers all over the world can learn about fashion, making it very accessible.

At the beginning of the 20th century, fashion magazines began to include photographs of various fashion designs and became even more influential on people than in the past. In cities throughout the world these magazines were greatly sought-after and had a profound effect on public clothing taste. Talented illustrators drew exquisite fashion plates for the publications which covered the most recent developments in fashion and beauty. Perhaps the most famous of these magazines was La Gazette du Bon Ton which was founded in 1912 by Lucien Vogel and regularly published until 1925 (with the exception of the war years).

Vogue, founded in the United States in 1892, has been the longest-lasting and most successful of the hundreds of fashion magazines that have come and gone. Increasing affluence after World War II and, most importantly, the advent of cheap color printing in the 1960s led to a huge boost in its sales, and heavy coverage of fashion in mainstream women's magazines—followed by men's magazines from the 1990s. One such example of Vogue's popularity is the younger version, Teen Vogue, which provides clothing and trends that are more targeted toward the "fashionista on a budget". Haute couture designers followed the trend by starting the ready-to-wear and perfume lines, heavily advertised in the magazines, that now dwarf their original couture businesses. Television coverage began in the 1950s with small fashion features. In the 1960s and 1970s, fashion segments on various entertainment shows became more frequent, and by the 1980s, dedicated fashion shows such as Fashion-television started to appear. FashionTV was the pioneer in this undertaking and has since grown to become the leader in both Fashion Television and New Media Channels compared to other Fashion Magazines. Despite television and increasing internet coverage, including fashion blogs, press coverage remains the most important form of publicity in the eyes of the fashion industry.

However, over the past several years, fashion websites have developed that merge traditional editorial writing with user-generated content. Online magazines like iFashion Network, and Runway Magazine, led by Nole Marin from America's Next Top Model, have begun to dominate the market with digital copies for computers, iPhones, and iPads. Example platforms include Apple and Android for such applications.

A few days after the 2010 Fall Fashion Week in New York City came to a close, The New Islander's Fashion Editor, Genevieve Tax, criticized the fashion industry for running on a seasonal schedule of its own, largely at the expense of real-world consumers. "Because designers release their fall collections in the spring and their spring collections in the fall, fashion magazines such as Vogue always and only look forward to the upcoming season, promoting parkas come September while issuing reviews on shorts in January", she writes. "Savvy shoppers, consequently, have been conditioned to be extremely, perhaps impractically, farsighted with their buying."

Ethnic Fashion is defined as the Fashion of Multicultural groups such as African-American, Hispanics, Asians, etc. Examples of Ethnic Designer are FUBU, BabyPhat, FatFarm, Sean John, Etc. It is estimated that Ethnic Fashion has contributed over $25 billion in revenues, thus making them an important part of the fashion industry.

Intellectual property

Within the fashion industry, intellectual property is not enforced as it is within the film industry and music industry. Robert Glariston, intellectual property expert at Creative Business House ( organization specializing in fashion and trademarking), mentions in a fashion seminar held in LA that "Copyright law regarding clothing is a current hot-button issue in the industry. We often have to draw the line between designers being inspired by a design and those outright stealing it in different places." To "take inspiration" from others' designs contributes to the fashion industry's ability to establish clothing trends. For the past few years, WGSN has been a dominant source of fashion news and forecasts in steering fashion brands worldwide to be "inspired" by one another. Enticing consumers to buy clothing by establishing new trends is, some have argued, a key component of the industry's success. Intellectual property rules that interfere with the process of trend-making would, in this view, be counter-productive. On the other hand, it is often argued that the blatant theft of new ideas, unique designs, and design details by larger companies is what often contributes to the failure of many smaller or independent design companies.

Since fakes are distinguishable by their inherent poorer quality, there is still a demand for luxury goods. And as only a trademark or logo can be copyrighted for clothing and accessories, many fashion brands make this one of the most visible aspects of the garment or accessory. In handbags, especially, the designer's brand may be woven into the fabric (or the lining fabric) from which the bag is made — this makes the brand an intrinsic element of the bag.

In 2005, the World Intellectual Property Organization (WIPO) held a conference calling for stricter intellectual property enforcement within the fashion industry to better protect small and medium businesses and promote competitiveness within the textile and clothing industries.